Terik Matahari di Tengah Konflik Pemira UI

Afi Ahmad Ridho
5 min readDec 30, 2023

--

Teruntuk anda yang tak sempat mencicipi dinamika pemilihan raya, inilah risalah konflik berisi baratayudha

Sumber gambar: diolah Penulis

Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM UI selalu dapat menghadirkan drama yang menarik untuk disaksikan. 29 Desember lalu, Komite Pengawas Pemilihan Raya (KP Pemira) menghadiahi kejutan tahun baru kepada Pasangan Calon (Paslon) 03, Verrel-Iqbal. Setelah diresmikan sebagai Ketua dan Wakil Ketua BEM UI 2024 pada 25 Desember, tiga hari kemudian KP Pemira yang dinahkodai Matahariku Mukhammad mendiskualifikasi Paslon 03 dengan dalih kecurangan pada fase pemungutan suara. Tak ayal, hal ini membuat Sang Nahkoda menjadi buah bibir di kalangan aktivis mahasiswa hingga alumni yang “ikut bermain” dalam kontestasi pemilihan orang nomor satu di BEM UI.

Tetapi, sebelum menyajikan hidangan utama, artikel ini akan mengajak anda untuk bersafari ke beberapa konflik yang terjadi selama pemira. Informasi yang tercantum dalam artikel didapatkan penulis dari tim sukses para paslon, pengamat politik kampus, dan alumni yang ikut andil dalam Pemira IKM UI 2023. Adapun aktor kunci yang akan dibahas dalam artikel adalah Ammar (Ketua BEM FMIPA 2023) dan Fatur (Ketua BEM Vokasi 2023), selanjutnya disebut Paslon 01; Taffi (Korbid SOSPOL BEM UI 2023) dan Nisa (Ketua BEM FKM 2023), selanjutnya disebut Paslon 02; Verrel (Ketua BEM FIA 2023) dan Iqbal (Ketua Kongres Mahasiswa 2023); Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); serta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

HMI Pecah Kongsi: Persaingan antara Paslon 01 dan Paslon 03

Ammar dan Verrel memiliki latar organisasi eksternal yang beririsan, keduanya HMI. Berdasarkan informasi yang masuk, pecah kongsi dalam HMI telah menjadi rahasia umum di kalangan pegiat politik kampus yang bermuara pada dua kroni besar, yakni HMI komisariat FISIP-FIA dan HMI Komisariat FEB. Dukungan HMI FISIP-FIA mengalir pada Verrel sedangkan HMI FEB mengangkat Ammar sebagai wakil dari kepentingan mereka.

Diduga kuat, dualisme HMI tak lepas dari pengaruh LA, senior dari HMI FEB. LA merapat pada barisan Ammar sebab silang pendapat antara LA dan RS, Ketua Komisariat HMI FISIP-FIA, dalam suksesi Pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar HMI di tingkat nasional. Alhasil pertarungan antaralumni ini melahirkan konflik dalam internal HMI di tingkat Universitas Indonesia.

Namun dualisme ini dibantah oleh MZ, Ketua HMI Komisariat FEB. Dia mengatakan bahwa kader HMI FEB — alumni yang baru lulus dua tahun masih termasuk kader—tidak diperkenankan berpartisipasi dalam politik praktis dengan membawa bendera HMI. Dia berdalih bahwa dinamika kongres tidak membuat HMI UI pecah.

Paslon 01 Mundur dari Pertarungan: Kapal Ammar-Fatur Karam

Mendekati detik-detik akhir menuju fase pemilihan, Fatur melalui instagram pribadinya menyatakan diri mundur sebagai Calon Wakil Ketua BEM mendampingi Ammar. Informan yang datang pada penulis menyebut bahwa pengelolaan dana kampanye yang tidak transparan dari Ammar membuat Fatur enggan untuk terus maju bersama. Di sisi lain, Ammar membantah segala tuduhan yang dilayangkan kepada dirinya melalui thread twitter pada akun pribadinya.

Setelah Paslon 01 tersingkir, mayoritas barisan HMI yang mendukung Ammar kemudian bermigrasi ke Paslon 02, Taffi-Nisa dengan prinsip teguh yang mereka pegang “yang penting bukan Verrel”. Kontestasi BEM bukan hanya peperangan gagasan, melainkan konflik kepentingan antar pemangku kebijakan di tataran tertinggi negara, Baratayudha.

Isu SARA dan BIN: Dua Senjata untuk Melenyapkan Verrel

Sampai tersingkirnya Paslon 01, kewenangan KP Pemira (selanjutnya, KP) di bawah naungan Matahari masih belum terdengar di khalayak. Namun KP mulai menunjukkan taringnya saat Paslon 02 terancam gugur. Tentu, dalam Pemira, kandidat yang berlaga dilarang menggunakan isu SARA untuk meraup suara IKM UI. Sebuah tangkapan layar yang berisi ajakan untuk memilih “pemimpin seiman” bersebaran di Twitter; hal ini tentu sangat terkait dengan kepentingan politik, mengingat Taffi merupakan seorang non-muslim.

Tidak sampai di sana, foto yang berisi pertemuan antara Verrel dan pria misterius yang diduga anggota Badan Intelijen Negara (BIN) beredar, menyebabkan kekhawatiran besar kepada IKM UI terhadap kredibilitas Verrel. Laporan pelanggaran punggawa Paslon 03, Verrel, kemudian masuk dan diproses KP. Beberapa hari kemudian, keputusan KP keluar, Paslon 03 tidak bersalah; pertarungan berlanjut.

PMII: Obor yang Diperebutkan

Berbeda dengan episode Pemira sebelumnya, pada kontestasi BEM UI 2024 PMII cenderung pasif dan tidak melakukan manuver dari awal hingga pertengahan pertandingan. Tetapi, PMII kemudian menjadi variabel yang sangat diperhitungkan, mengingat, Sang Nahkoda KP merupakan seorang kader organisasi progresif biru-kuning tersebut.

Menyadari elektabilitas Verrel yang tinggi, Paslon 02 mulai melakukan manuver untuk menggaet hati AM, Ketua Pengurus Cabang PMII Depok. Kubu 02 berharap PMII mau mengkondisikan Matahari Sang Nahkoda KP untuk memupuskan asa Verrel-Iqbal lewat laporan dugaan pelanggaran SARA. Jauh api dari panggang, rayuan Paslon 02 ditolak mentah-mentah sebab Taffi menjadi salah satu dalang dari kekalahan kandidat yang diusung PMII pada Pemira 2022.

PMII kemudian berlabuh mendukung Verrel-Iqbal untuk menundukkan Taffi dalam kontestasi. Keberpihakan PMII kepada Paslon 03 membuat kubu ini berada di atas angin, kemenangan di depan mata dengan asumsi, Sang Nahkoda memuluskan jalan Verrel-Iqbal menuju tahta.

Terik Matahari Membuat Asa Verrel-Iqbal Menguap

Semuanya berjalan sesuai kendali, Paslon 03 memenangi Pemira dengan 3.000+ suara. Pada 25 Desember 2023, Verrel-Iqbal bersama jawara DPM dan MWA didaulat sebagai pemenang dari kontestasi Pemira 2023. Kubu Verrel-Iqbal mulai menyusun kabinet dan fokus mulai beralih pada komposisi figur yang akan mengisi ruang-ruang kontribusi di BEM UI pada tahun 2024. Sayangnya, perang belum berakhir.

Pada Sidang Verifikasi kandidat pemenang Pemira yang berlangsung sebelum pengesahan Ketua dan Wakil Ketua BEM terpilih, Matahari dan koleganya bersikeras bahwa keputusan KP dapat membatalkan pengesahan Ketua dan Wakil Ketua BEM terpilih jika dalam 3x24 jam terdapat laporan sengketa hasil Pemira.

Dan benar saja, indikasi kecurangan ditemukan saat salah satu tim pemenangan Paslon 03 meng-upload hasil akhir dari akumulasi suara di second account instagramnya sebelum pengumuman resmi dari pihak penyelenggara dipublikasi. Alhasil, tindakan ini dilaporkan kepada KP sebagai bukti untuk menggugurkan Paslon 03 dari tahta yang baru diduduki selama tiga hari.

Selama proses penyelidikan, Verrel-Iqbal sedikit menghirup angin segar sebab PMII ada di pihak mereka. Di saat kritis, Matahari menjadi penentu nafas Paslon 03 di BEM UI. Namun di luar kalkulasi kubu 03, Matahari, yang notabene kader PMII ternyata menggunakan hak prerogatifnya untuk mendiskualifikasi Verrel-Iqbal, stance ini tentu sangat berlawanan dengan stance PMII.

Koalisi 03 gagal memastikan kemenangan mereka di Pemira, kini, ada dua mekanisme lanjutan yang dapat digunakan untuk memilih Ketua BEM UI 2024, yakni Kongres atau pemilihan ulang.

Beragam gelombang kritik datang silih berganti pada KP; kritik-kritik itu menyasar dua hal, pertama mengenai mundurnya salah seorang punggawa KP pada 28 Desember, dan Pembentukan pasal baru KP Tentang Pelanggaran Pemira setelah keputusan diskualifikasi Verrel-Iqbal mencuat.

Epilog

Sampai saat ini, dinamika terus berjalan. Konflik yang terjadi di Pemira adalah gambaran kecil dari pertikaian realisme politik di tataran elite negara. Jika di tingkat kampus saja sudah begini, bisa dibayangkan seperti apa pertarungan di atas sana.

Artikel ini ditulis atas informasi yang diterima penulis dari berbagai sumber yang berperan aktif dalam Pemira, Penulis tidak menampik adanya kekurangan dan kesalahan dalam substansi tulisan.

--

--

Afi Ahmad Ridho
Afi Ahmad Ridho

Written by Afi Ahmad Ridho

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI

No responses yet